Ada apa dengan susu kuda liar


Susu Kuda Liar dari Mitos Hingga Prosesnya

ENTAH SIAPA yang memulai duluan, yang jelas sejak tahun 1990-an, susu kuda liar mulai dikenal sebagai obat mujarab yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit seperti kanker, leukemia, paru-paru basah, bronkitis, dan tipus. Mitos lain juga menambah tenaga, gairah, dan vitalitas seksual.

Meski belum ada pembuktian klinis terhadap mitos itu, tapi susu kuda liar sejak saat itu menjadi laris manis di pasaran, dan harganya pun menjadi cukup mahal dan terus melambung hingga kini.

 Seorang anak sedang melihat kuda-kuda liar di pinggiran Desa Saneo.

Pulau Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB) terkenal sebagai penghasil susu kuda liar, yang pasarannya sudah menyebar hampir di seluruh nusantara. Kabupaten Dompu adalah salah satu daerah sentra produksi susu kuda liar, selain Kabupaten Sumbawa dan Bima, di pulau itu.

Desa Saneo, Kecamatan Woja, merupakan salah satu desa sentra produksi susu kuda liar di Kabupaten Dompu. Lokasi desa itu di ketinggian 600 meter diatas permukaan laut (mdpl), berjarak sekitar 10 Km dari Kecamatan Dompu, ibukota Kabupaten Dompu.

Meski madu alam juga menjadi produk andalan Dompu, tapi proses pembuatannya sudah awam diketahui. Berbeda dengan susu kuda liar. Walau mitos keampuhannya bisa menyembuhkan beragam penyakit manusia sudah tersebar kemana-mana, namun cara memproduksinya tak banyak yang tahu.

Mendengar namanya saja, pasti pikiran bertanya, bagaimana cara memeras susunya ya?

“Kalau madu kan proses sudah banyak diketahui orang. Sehingga banyak yang dating ke Saneo ini hanya untuk mencari susu kuda liar yang asli, sekaligus melihat prosesnya,” kata Junaiddin, salah seorang warga Desa Saneo.

Pagi hari hingga sore, tidak terlihat seekor kuda pun di desa itu. Tidak ada juga kandang-kandang kuda yang dibuat secara khusus di tiap rumah warga.

Kuda-kuda milik warga dilepas ke hutan sejak subuh, kemudian kuda-kuda itu baru dijemput pemiliknya menjelang petang, untuk diperah susunya.

“Sejak 2004, pemerintah membantu kami juga untuk proses pengemasan susu kuda liar. Jadi susu kuda liar yang sudah diperah, langsung di kemas dikasih segel, untuk jaga keasliannya,” katanya.

Di Desa itu juga dibentuk kelompok tani susu kuda liar Mori Sama dalam bahasa Indonesia berarti hidup bersama, anggotanya kini berjumlah 50 orang.

Untuk menghasilkan sebotol susu kuda liar ternyata membutuhkan banyak waktu dan juga tenaga. Sore itu, Arifin, seorang petani susu kuda liar, menuju hutan bersama belasan petani lainnya, untuk memanggil kuda-kuda mereka. Beberapa diantaranya ibu-ibu yang membawa anaknya.

Jarak Desa ke hutan tak diketahui pasti, tapi perjalanan kaki memakan waktu 1 jam dan agak mendaki bukit, sebelum akhirnya sekumpulan kuda terlihat.

Hutan yang dimaksud ternyata adalah sebuah kawasan berbukit-bukit dan jarang pepohonan. Rumput dan ilalang banyak yang kering, dan tekstur tanahnya berbatuan berwarna coklat keabuan.

Ada sekitar 30-an ekor kuda terlihat, lepas liar di sebuah dataran datar. Beberapa kuda induk masing-masing membawa seekor anak, ada beberapa ekor kuda jantan, dan beberapa ekor kuda betina tanpa anak. Tak ada yang diikat, hanya beberapa ekor yang dipasangi kalung-kalungan bambu dilehernya, untuk menandakan pemiliknya.

“Huiiikkk.. Jara…,” Arifin berteriak kearah kumpulan kuda, beberapa kali. Jara dalam bahasa Indonesia berarti kuda. Petani lain ikut berteriak, tapi setiap petani teriakannya berbeda, ada juga yang menggunakan isyarat tepukan tangan.

Seperti anak SD mendengar lonceng masuk, setelah waktu istirahat, kuda-kuda berlari menuju panggilan pemiliknya. Arifin mengelus-elus kuda induk miliknya, mengikatkan tali, lalu menuntunnya pulang ke Desa. Sementara anak kuda, akan mengikuti induknya.

Perjalanan pulang ke Desa memakan waktu lebih cepat, karena jalannya menurun. Sampai di rumah, Arifin mengikat kuda induknya terpisah dari anak kuda, agar anak kuda tak menyusu. Setelah paling cepat 1 jam, induk kuda pun diperah susunya.

Ini juga harus dilakukan hati-hati, sebab jika salah, kuda bisa mengamuk liar. Setelah menambatkan kekang kuda pada tiang kayu, pelan-pelan Arifin menebar jeratan tali plastik ke salah satu kaki belakang kuda, dan segera menariknya jika kaki sudah masuk jerat. Tali yang mengikat salah satu kaki belakang kemudian ditarik ke bagian leher kuda, sehingga satu kaki belakang dalam posisi terangkat.

Puting susu kuda ada dua terletak di antara perut bagian belakang dan selangkangan.

“Kalau tidak diikat bahaya, bisa kena tendang,” kata Arifin.

Setelah puting susu dibersihkan dengan kain basah, Arifin mulai memerah susu kuda, ditampung dalam sebuah gayung plastik. Setelah itu, susu kuda disaring dan dimasukkan dalam botol kemasan, kemudian disegel, tanpa campuran dan bahan pengawet.

“Ini bisa awet sampai 4 bulan. Malah kalau sudah dua bulan, khasiatnya akan lebih bagus dibandingkan yang  baru diperah ini,” katanya.

Botol yang digunakan ada dua macam, yang kecil menggunakan botol plastic sisa air minuman, seukuran 600ml, dan yang besar menggunakan botol kaca sisa sirup berukuran 800ml.

Di Saneo susu kuda liar dalam botol kecil dijual seharga Rp15 ribu, dan yang besar Rp20 ribu. Tapi kalau sudah dibawa keluar bisa malambung harganya, malah di Mataram sudah berharga Rp60 ribu-Rp100 ribu sebotol besar.

Dalam sehari, satu ekor kuda induk bisa menghasilkan 2-3 botol susu. Itu pun pemerahannya bertahap, hingga menjelang pagi. Setelah pemerahan menghasilkan sebotol susu, anak kuda dibiarkan menyusu pada induknya untuk memancing air susu. Lalu, pemerahan dilakukan kembali. Pagi hari sebelum fajar, kuda dilepas lagi ke hutan.

“Jadi susu kuda liar, itu bukannya kuda yang liar yang ditangkap dan diperah susunya. Kuda-kuda ini jinak pada pemiliknya, hanya saja proses pemeliharaannya liar, mereka hidup dan mencari makan di hutan,” kata Junaiddin.

Saat ini, dari 200-an ekor populasi kuda di Desa Saneo, ada sekitar 30 ekor kuda induk yang berproduksi. Rata-rata perhari memproduksi 60-80 botol susu kuda liar. Tapi jumlah itu kadang tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Permintaan pasar ada yang dari pedagang lokal, ada pengunjung langsung ke Saneo, ada juga pemesan tetap dari sebuah perusahaan di Jakarta.

Masa produktif induk kuda berkisar 6 bulan menyusui, setelah itu kuda betina lain yang beranak akan menggantikannya. Tapi karena proses kawinnya alami, maka jumlah induk kuda yang bisa memenuhi permintaan pasar akan fluktuatif.

“Kadang seiring kewalahan. Banyak juga pemesan yang mengantri,” katanya.

Permintaan yang tinggi juga berdampak pada kenaikan harga induk Kuda di pasaran. Yang biasanya seharga Rp 1,5, plus anak kudanya, kini bisa mencapai Rp3 juta sampai Rp4 juta. Karena itu petani kuda di Saneo memilih menunggu proses kawin alami ketimbang membeli induk baru. Apalagi untuk induk baru perlu tahap melatih yang cukup memakan waktu untuk mengenal isyarat panggilan pemiliknya.

Rasa susu kuda liar agak sepat dan asam, baunya juga sedikit masam, berbeda dengan susu sapi atau kerbau. Tapi susu kuda liar mampu bertahan hingga 4 bulan, selama disimpan dalam suhu yang dingin. Malah khasiatnya akan lebih bagus setelah dua bulan, ketimbang yang baru diperah.

Sample produk susu kuda liar Saneo sudah diteliti bersama sample susu kuda dari sejumlah daerah lain, seperti Jawa dan Sulawesi. Penelitian itu dilakukan oleh DR Diana Hermawati dari Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan Bogor pada tahun 2004.

“Hasil penelitian itu menyebutkan susu kuda liar Saneo memang memiliki kandungan yang bisa mengobati infeksi pencernaan dan kanker lambung,” katanya.

Hasil penelitian juga menyebutkan, susu kuda liar memiliki spektrum luas dalam menghambat pertumbuhan berbagai bakteri.

”Ekspos hasil penelitian itu dilakukan di Dompu, karena hanya susu kuda liar Dompu dan Sumbawa umumnya yang kandungan antibiotiknya masih tinggi. Ya mungkin karena pola makan kuda-kuda itu di hutan, dan juga memakan sejenis ular pohon,” katanya.

Sejak ekspose hasil penelitian itu, tahun 2004 Pemda Kabupaten Dompu menetapkan hanya dua desa, sebagai sentra produksi susu kuda liar di Dompu, yakni Desa Saneo, Kecamatan Woja, dan Desa Taropo, Kecamatan Kilo. Ini dilakukan karena sejak mitos keampuhan susu kuda liar tersebar, dan permintaan naik, ternyata banyak juga produksi susu kuda liar yang tidak lagi orisinal. Banyak yang dicampur air dan pengawet, atau susunya berasal dari kuda ternak kandangan.

Pemerintah setempat terus berupaya membuat fasilitas untuk petani kuda di dua desa itu, agar pengemasan produk, segel dan label bisa dilakukan di tempat asal. Karena fungsinya pengobatannya yang diutamakan, maka harus terjaga keasliannya.

Selain dari hasil penjualan susu kuda liar, masyarakat Desa Saneo yang terdiri dari sekitar 400 KK dan 1.800 jiwa, juga terbantu perekonomiannya dari mulai berminatnya wisatawan asing dan domestik datang kesana.

Tentu saja, penghasilan tambahan dari penjualan susu kuda liar ini sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Saneo yang umumnya memang bertani.

”Hasil pertanian bisa untuk dimakan, sedangkan hasil Susu Kuda Liar bisa untuk kebutuhan lain, termasuk menyekolahkan anak-anak,” kata Arifin, petani susu kuda liar.

Kabupaten Dompu terletak di Pulau Sumbawa, membutuhkan waktu sekitar 10 jam perjalanan ke arah timur  dari Kota Mataram, ibukota NTB. Itu sudah termasuk menyeberangi selat Alas yang membatasi Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, lewat pelabuhan Kayangan-Lombok Timur menuju pelabuhan Poto Tano-Sumbawa Barat. Secara geografis letak Dompu diapit Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima.


5 Keunggulan dan Manfaat Susu Kuda (Liar)

Anda mungkin pernah mendengar atau melihat iklan mengenai susu kuda liar (belakangan disebut susu kuda sumbawa). Dalam iklan tersebut, seringkali disebut bahwa susu kuda liar dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti penyakit jantung, hipertensi, kanker payudara, kanker leher rahim, dan bahkan meningkatkan gairah seksual.Benarkah demikian? Klaim-klaim semacam itu masih membutuhkan penelitian panjang untuk membuktikannya. Namun, dari bukti ilmiah yang ada, susu kuda memang memiliki sejumlah keunggulan yang perlu dipertimbangkan. Berikut adalah 5 di antaranya:

1. Kaya vitamin

Kandungan vitamin susu kuda lebih banyak daripada susu sapi. Vitamin dan mineral yang terkandung dalam susu kuda antara lain: Vitamin A, B2, B6, B12, C, E,  zat besi, kalsium, kalium dan magnesium.

2. Menyembuhkan radang usus

Para peneliti dari Universitas Jena di Jerman menemukan bahwa susu kuda membantu mengatasi gangguan radang usus besar, yang biasanya ditandai dengan diare hebat bercampur darah.

Radang usus dapat timbul karena terlalu banyak bakteri buruk di dalam usus. Bakteri itu menciptakan racun yang mengiritasi dinding usus dan diserap ke dalam darah. Hal ini pada gilirannya menimbulkan diare atau sembelit, usus bergejolak, perut kembung, mual dan meningkatkan produksi asam lambung. Susu kuda merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus, sehingga bakteri buruk tidak dapat berkembang lebih lanjut dan zat-zat beracun dalam darah bisa dibuang.

3. Cocok sebagai pengganti susu sapi

Kata Dr Rene Madeleyn dari departemen pediatrik di RS Filder di Stuttgart: “susu kuda yang mengandung banyak antibodi penetralisir bakteri dan virus ini adalah susu hewan paling mirip dengan susu manusia… Kami sering memberikannya kepada bayi prematur untuk meningkatkan kekuatan dan kekebalan.”

Susu kuda sangat mirip dengan air susu ibu baik dari segi kandungan gizi maupun komposisinya. Selain susu kambing, susu kuda dapat menjadi alternatif bagi bayi yang alergi terhadap susu sapi. Namun berhati-hatilah dalam memilih produknya karena bila penyiapannya tidak steril maka dapat berbahaya bagi bayi. Konsultasikan dengan dokter Anda sebelum memberikan susu kuda kepada bayi.

4. Menyembuhkan eksim

Eksim adalah salah satu penyakit kulit paling umum yang menyebabkan infeksi lokal yang ditandai dengan gatal, kemerahan, bengkak dan lecet. Susu kuda yang dikentalkan dan dicampur dengan lidah buaya dapat mengurangi gejala eksim hingga 30%.

5. Lebih awet

Susu kuda mengandung komponen antibakteri alami sehingga membuat susu menjadi awet.